Monolog
Sejak Lama
karya Luh Arik Sariadi
Aku remaja belasan tahun. Sejak kecil aku bercita-cita menjadi artis. Artis itu kan terkenal. Banyak punya uang. Hidup mewah. Penampilan mentereng. Highclass. Sejak lama aku berusaha jadi artis. Belajar nyanyi. Belajar bermain peran. Peran apa saja sudah kucoba. Jadi jagoan silat. Sudah. Jadi pengacara, gampang. Petugas bank, sudah lulus. Jadi pencuri, itu terlalu mudah. Jadi pedagang ikan, ya.... Gampang sih.... Cuma agak jijik. Jadi pelayan toko, asyik..... Tapi kerja sama gaji ga sesuai. Jadi wartawan.... Itu perkara bertanya.... Agak susah sih..... Jadi penyair, hahhaha. Aku tampak gila. Jadi dukun, serem, tapi dihujat karena kesurupan dianggap hal yang membuat-buat. Tokoh agama kelihatan perfek, tapi takut kalau Tuhan marah karna aku pura-pura jadi tokoh agama. Pengemis, ini sangat gampang. Tinggal tampil wajah kusut, buka tangan, "minta....bu"
Ih, membayangkannya asyik. Dilihat banyak orang. Kelihatan di tv, surat kabar, tiktok, youtube, instagram.
Ya ampun, aku baru sadar bahwa aku tidak mungkin jadi artis. Kapok aku tampil mentereng. Bapakku ditegur atasannya karena punya anak seperti aku yang glamour. Suka dugem, hore-hore di jalan raya. Bikin jalan macet karena mobil yang baru dibelikan ayahkku rungsek di trotoar.
Sebenarnya, aku yang salah atau bapakku sih? Kan bapakku kerja untuk anak-anaknya? Apa salahnya kalau aku hidup dengan kemewahan? Secara, gitu..... Bapakku sejak lama miskin. Sejak lama ditekan atasan. Sejak lama memilih jadi bawahan.
"Nak, kurangi foya-foya!" Kata Bapakku sesekali saat ada di rumah. Tapi sejak lama aku selalu dikasi uang saku yang tak wajar. Asupan makanku selalu terjaga. Jangankan kelaparan, kehausan saja tak sudi terjadi pada anakknya.
"Nak, atasan Bapak agak keras. Jaga prilakumu!" Kata bapakku saat aku salim mau berangkat sekolah. Ya, aku memang anak baik. Tapi.... Aku tidak terima kalau bapakku dikerasin sama atasannya. Karena itulah aku pernah berada di pada masalah yang sebenarnya sepele. Aku telah jambak rambut atasan bapakku. "Nak, jangan sekali-sekali kamu lakukan kekerasan!" kata Bapakku. Aku hanya melindungi bapakku. Dia telah mendapat kekerasan dari atasannya.
Satu hal yang kusesali, aku tidak jadi artis dan aku harus melihat bapakku dipecat dari pekerjaanya. Aku viral dan mendekam di penjara....
Bapak.... Maafkan aku....
Lepaskan aku.....
Pesan yang disampaikan :
Kita boleh bercita cita yang tinggi dan banyak mempunyai cita cita. Tapi kita harus mendengarkan nasihat orang tua dan kita tidak boleh sombong.